Kecerdasan Buatan dan Kepramukaan
Oleh Suyatno
Pembina Gugus Depan
Orang mengira kecerdasan buatan (artificial) hanyalah tumpukan kabel, jaringan, program, dan statistika. Padahal itu hanyalah komponennya saja. Kecerdasan buatan lebih mengarah pada tindakan terintegrasi yang mampu menjalankan perintah manusia untuk mempermudah hidup manusia itu sendiri. Semakin lincah manusia menciptakan program baru tentu akan semakin banyak temuannya.
Temuan itu mewujud ke dalam pola dan kinerja yang mempercepat, memudahkan, dan membantu manusia. Dapatkah temuan itu merambah dunia kepramukaan? Tentu, jawabnya adalah sangat mungkin. Kemungkinan ada temuan berbasis kecerdasan buatan dalam kepramukaan karena banyak peluang dalam kepramukaan dan SDM Gerakan Pramuka banyak yang memenuhi syarat untuk itu. Itu adalah pekerjaan rumah bagi penggawa kepramukaan.
Syarat pemenuhan tersebut adalah (1) berpikir kritis yang penuh kedamaian, (2) kebersamaan penuh dengan kolegialitas, (3) terdapat ruang dan waktu berdialog dan berdiskusi, (4) hilangkan arogansi individu yang menguasai individu lainnya (5) lepaskan baju asali sehingga dapat melebur dalam kancah kepramukasn, dan (6) bersatunya tekad demi kemajuan kepramukaan Indonesia.
Gerakan sebagai ciri kepramukaan adalah modal bertemunya segala latar keilmuan, aneka latar tugas, dan aneka kalangan bangsa Indonesia. Untuk menghidupkan sebuah gerakan diperlukan kepemimpinan yang damai, seimbang, terbuka, dan berada di semua hati. Gerakan yang demikian itu akan dimamis dalam mewujudkan dunia ciptaan kecerdasan buatan.
Contoh hasil produk kecerdasan buatan adalah robot pengingat jadwal, tenda pintar, robot jejak jelaha pintar, robot pola sandi, dan seterusnya. Bisa jadi contoh tersebut dapat terwujud. Apalagi, di GP terdapat pusat penelitian yang tampaknya mampu mewujudkan secara inovatif.
Kecerdasan buatan bersumber dari permasalahan di satuan-satuan pendidikan. Personal yang ada di satuan pendidikan itu adalah pembina dan pelatih. Untuk itu, diperlukan tumpukan problem kepramukaan dari mereka karena temuan berdasarkan kecerdasan buatan selalu berangkat dari problem autentik. Mereka diberikan ruang dan waktu untuk berdiskusi mendalam.
Di gudep pun, temuan program diperlukan. Peserta dilatih untuk penciptaan. Pramuka produktif perlu dibiasakan ke peserta didik sehingga mahir dalam penciptaan. Bukankah membina yang asyik itu progresif. Membina yang tidak asyik itu stagnan, itu-itu saja, dan kering. Marilah membina ke arah penciptaan betbasis kecerdasan buatan. Selamat membina. #kakyatno
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih